Sabtu, 05 Mei 2018

Lansia dengan penyakit hipertensi



MAKALAH ETIKOLEGAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN
LANSIA DENGAN HIPERTENSI
DI BPM SUMARNI – PUNDONG

 




AKADEMI KEBIDANAN UMMI KHASANAH
BANTUL, YOGYAKARTA
2018/2019




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, melainkan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiastuti & Utomo 2003).
Hipertensi adalah penyakit yang mematikan , tanpa disertai dengan gejala-gejala lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbanya . kalau muncul, gejela tersebut sering dianggap gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari akan datangnya penyakit hipertensi (Sustrani, 2006).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang serius , karena jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Akibat yang sering timbul yaitu stroke, penyakit jantung coroner dan gagal ginjal (Gunawan, 2001).
Data WHO tahun 2000 menunjukan diseluruh dunia, sekitar 972 jt orang atau 26,4 % penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,1% wanita angka ini kemungkianan meningkat menjadi 9,2 % ditahun 2025. Dari 972 juta  mengidap hipertensi, 333 juta berada di Negara maju dan 639 sisanya berada di Negara berkembang, termasuk Indonesia (Andra, 2007).
Stroke yang menyerang lanjut usia menyebabkan ketergantungan lanjut usia semakin meningkat. Pada lansia terjadinya proses menua yang mengakibatkan kelemahan, keterbatasan dan keterlambatan atau ketidakmampuan yang akan dialami bersama dengan proses kemunduran (Nugroho, 2000).
Akibat proses menua menyebabkan lansia tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari sehingga membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, pemenuhan kebutuhan dasarnya dilakukan secara dependen dengan bantuan karegiver baik perawat maupun keluarga (Sonata, 2012).
B.     Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan pada lansia di BPM SUMARNI – PUNDONG dengan hipertensi?
C.     Tujuan
1.      Tujuan umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas
2.      Tujuan khusus
a.       Mahasiswa dapat mengetahui pengkajian data subjektif dan objektif pada lansia dengan hipertensi di BPM SUMARNI – PUNDONG Tahun 2018.
b.      Mahasiswa dapat mengetahui penginterpretasian data untuk menentukan diagnosa pada lansia dengan hipertensi di BPM SUMARNI – PUNDONG Tahun 2018.
c.       Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan dan evaluasi pada lansia dengan hipertensi di BPM SUMARNI – PUNDONG Tahun 2018.

D.    Manfaat
1.      Manfaat Teoritis
a.       Bagi Akbid Ummi Khasanah
Memberikan referensi serta wawasan guna menambah khasanah ilmu pengetahuan.
2.      Manfaat praktis
a.       Bagi lansia
Dapat memahami tentang pentingnya diet makanan agar tidak terjadi stroke.

b.      Bagi mahasiswa
Dapat mengetahui asuhan yang diberikan kepada lansia untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam ruang lingkup kesehatan.



BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Definisi lansia
Lansia adalah manusia usia lanjut (Manula). Umur kronologis (kalender) manusia dapat digolongkan dalam beberapa masa, yakni masa anak, remaja, dan dewasa. Masa dewaa dapat dibagi atas dewasa muda (18-30 tahun), dewasa setengah baya (30-60 tahun), dan masa lanjut usia (lebih 60 tahun) (Bustan, 2000).
WHO mengelompokkan usia lanjut atas tiga kelompok: kelompok middle age (45-59), kelompok ederly age (60-74) dan kelompok old age (70-90).
B.     Karakteristik Lansia
Beberapa karakteristik lansia untuk mengetahui masalah kesehatan lansia:
1.       Jenis kelamin
Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan wanita.
2.      Status perkawinan
Status masih pasangan lengkap atau sudah janda/duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologisnya.
3.      Living arrangement
Contohnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama istri, anak atau keluarga lainnya.
a.       Tanggungan keluarga, masih menanggung anak atau anggota keluarga
b.      Tempat tinggal, rumah sendiri, tinggal dengan anak. Dewasa ini banyak lansia yang masih hidup sebagai bagian dari keluarganya, baik lansia sebagai kepala keluarga atau bagian dari keluarga anaknya. Namun akan cenderung ditinggalkan oleh keturunannya dalam rumah yang berbeda lansia tersebut.
4.      Kondisi kesehatan
a.       Kondisi umum
Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam kegiatan sehari-hari, mandi, buang air kecil dan besar.
b.      Frekuensi sakit
Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak produktiv lagi bahkan mual tergantung kepada orang lain. Bahkan ada karena penyakit kronikny sudah memerlukan perawatan khusus. 
5.      Keadaan ekonomi
a.       Sumber pendapatan resmi
Pensiunan ditambah sumber pendapatan lain jika masih bisa aktif. Penduduk lansia di daerah pertanian menunjukkan proporsi yang lebih besar dibandingan dengan daerah yang non pertanian. Lapangan kerja sector pertanian cukup banyak menyerap tenaga kerja lansia, disamping sector perdagangan dan jasa.
b.      Sumber pendapatan keluarga
Ada tidaknya bantuan keuangan dari anak/keluarga, atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung dengannya.
c.       Kemampuan pendapatan
Lansia membutuhkan biaya yang lebih tinggi, sementara pendapatan semakin menurun sampai seberapa besar pendapatan lansia dapat memenuhi kebutuhannya.
C.     Perubahan Pada Proses Menua
1.      Perubahan fisik-biologis/jasmani:
a.       Kekuatan fisik berkurang, merasa cepat lelah dan stamina menurun.
b.      Sikap badan mulai membongkok, otot-otot mengecil, hipotrofis, terutama di bagian dada dan lengan.
c.       Kulit mengerut dan keriput. Adanya garis-garis pada wajah di kening dan sudut mata.
d.      Rambut memutih dan pertumbuhan berkurang.
e.       Gigi mulai rontok.
f.       Perubahan pada mata: pandangan dekat berkurang, adaptasi gelap melambat, lingkaran putih pada kornea, dan lensa keruh.
g.      Pendengaran, daya cium dan perasa mulut berkurang.
h.      Pengapuran tulang.
2.      Perubahan mental-emosional/jiwa:
a.       Daya ingat menurun
b.      Sering pelupa
c.       Emosi mudah berubah, sering marah-marah dan mudah tersinggung.

D.    Penyakit Atau Gangguan Yang Menonjol Pada Lansia
Penyakit lansia dapat meliputi:
1.       Gangguan pembuluh darah: dari hipertensi sampai stroke
Penurunan estrogen meningkatkan RAS (Renin-angiotensin system) dan mempengaruhi angiotensinogen dan metabolisme natrium yang mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah lansia (Maas & Franke 2009).
a.       Macam  hipertensi
Hipertensi dianggap sebagai factor risiko utama pada stroke. Baik sistolik maupun diastolic terbukti berpengaruh pada stroke, tetapi menurut data Framingham tidak terdapat level yang menentukan yang jelas. Dikemukakan bahwa penderita dengan siastolik diatas 95 mmHg mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk terjadinya infark otak dibandingkan dengan tekanan diastolic kurang dari 80 mmHg, sedangkan kenaikan sistolik lebih dari 180 mmHg mempunyai risiko tiga kali terserang stroke iskemik dibandingkan dengan mereka yang bertekanan darah kurang dari 140 mmHg, akan tetapi pada penderita usia lebih dari 65 tahun risiko stroke hanya 1,5 kali daripada normotensi.
(1)   Hipertensi Menahun
Dalam hipertensi ini terjadi dua perubahan pada pembuluh darah arterial otak.
(a)    Bertambah hebatnya ateroklerosis an timbulnya stroke trombotik.
(b)   Hipertensi mempercepat permulaan dan menambah hebatnya aterosklerosis.
Hipertensi menahun adalah penyebab terbentuknya aneurisma. Perdarahan intraserebral primer (non traumatic) sering disebabkan oleh pembuluh dara yang pecah paa micro neurisma charcot bouchard yang mengenai pembuluh darah penetrasi kecil dengan penampang anatara 100-300 mikron.
(2)   Hipertensi akut
Tekanan darah yang naik mendadak dan sangat tinggi dapat menyebabkan fenomena sosis atau tasbih akibat dilatasi paksa. Tekanan darah yang mendadak tinggi menerobos respon vasokonstriksi dan yang menyebabkan rusaknya sawar darah otak dengan kebocoran fokal dari cairan melalui dinding dari arteri yang telah terentang berlebih serta pembentukan edema otak (edema hidrostatik).
Pada keadaan ini autoregulasi tidak bekerja lagi dan Aliran Darah Otak (ADO) mengikuti secara pasif tekanan perfusi dan timbul ensfalopati hiperteensif. Lesi arteri yang khas adalah nekrosis dari lapisan media otot dengan penimbunan butir darah merah dan ini dinamakan nekrosis hilalin atau fibrinoid.

b.      Uapaya pencegahan stroke
Dari banyaknya risisko stroke, hipertensi dianggap yang paling berperan. Intervensi terhadap hipertensi dibuktikan mampu mempengaruhi penurunan stroke dalam komuniti. Namun demikian upaya pncegahan stroke tidak semata ditujukan kepada hipertensi stroke. Ada pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk upaya pencegahan dengan empat factor utama yang mempengaruhi penyakit (gaya hidup, lingkungan, biologis, dan pelayanan kesehatan).
(1)   Pencegahan primer
(a)    Gaya hidup: reduksi stress, makan rendah garam, lemak dan kalori.
(b)   Lingkungan: kesadaran atas sters kerja, kemungkinan gangguan PB (lead).
(c)    Biologi: perhatian terhadap factor risiko biologis (jenis kelamin, riwayat keluarga)
(d)   Pelayanan kesehatan: health education dan pemeriksaan tensi.
(2)   Pencegahan sekunder
(a)    Gaya hidup: menegement stres, makan rendah garam, penyesuaian gaya hidup.
(b)   Lingkungan: family counseling, penggantian kerja jika diperlukan.
(c)    Biologi: pengobatan yang patuh dan cegah efek samping.
(d)   Pelayanan kesehatan: pendidikan pasien dan evaluasi penyebab seekunder.
(3)   Pencegahan tersier
(a)    Gaya hidup: reduksi stress, exercise sedang.
(b)   Lingkungan: jaga keamanan dan keselamatan (rumah lantai pertama, pakai wheel-chair) dan family support.
(c)    Biologi: kepatuhan berobat, terapi fisik dan speack therapy.
(d)   Pelayanan kesehatan: emergency medical technic, asuransi.
2.      Gangguan metabolik: DM
3.      Gangguan persendian: artritis, encok dan terjatuh
4.      Gangguan sosial: kurang penyesuaian diri dan merasa tidak punya fungsi lagi.

E.     Penanganan Masalah Lansia
Kebijaksanaan penanganan masalah kesehatan lansia pada dasarnya ditujukan pada upaya menunda ketuaan biologis walaupun seseorang secara kronologis sudah termasuk tua. Untuk itu perlu upaya-upaya yang menyangkut peningkatan gizi keluarga, pencegahan penyakit degenerative dan penyediaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan masalah kesehatan lansia.
Masalah lansia bukanlah masalah kesehatan semata, bahkan lebih merupakan masalah sosial ekonomi. Karena itu, perlu pendekatan multidisiplin mengingat berbagai isu yang berhubungan dengan lansia, seperti:
1.      Perlunya menyiapkan sarana pelayanan bagi lansia.
2.      Perlu adanya lembaga yang dapat mengayomi para lansia untuk dapat bekerja.
3.      Diperlukan adanya jaminan penunjang biaya kesehatan untuk lansia.
4.      Pemikiran untuk kondisi sosial kekeluargaan yang mendukung kehidupan lansia seperti extended family daripada pengadaan nursing home atau rumah jompo.
Salah satu pendekatan utama yang penting adalah pendekatan keluarga. Dianjurkan beberapa hal dalam menghadapi lansia:
1.      Menghormati dan menghargai orang tua.
2.      Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku usia lanjut.
3.      Memberikan kasih sayang, menyediakan waktu dan perhatian.
4.      Jangan menganggapnya sebagai beban.
5.      Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama.
6.      Minta nasihat pada mereka dalam peristiwa-peristiwa penting.
7.      Mengajaknya dalam acara-acara penting.
8.      Dengan memberi perhatian yang baik terhadap orang tua, maka kelak anak-anak kita akan bersikap sama dengan kita.
9.      Membantu mencukupi kebutuhannya.
10.  Memeriksa kesehatan secara teratur.



BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada posyandu yang dilakukan setiap minggu legi di dusun pundong terdapat seorang lansia yang bernama Ny.S yang berumur 50 tahun dan suaminya bernama Tn.S yang berumur 55 tahun. Alamatnya yaitu di Sayegan RT 1 Pundong, Bantul.
Posyandu yang di selenggarakan pada bulan januari 2018 di dusun Pundong mengkaji data subjektif dan objektif. Data objektif yang diperoleh yaitu Ny.S memiliki tekanan darah 110/90 mmHg dan berat badan 53 kg. Satu bulan kemudian pada bulan Februari tekanan darah Ny.S 180/90 mmHg, Ny.S mengatakan bahwa dalam keluarga memiliki riwayat penyakit hipertensi.
Pada saat Ny.S tekanan darahnya 180/90 diberi KIE untuk pengurangan garam, jeroan dan gorengan. Dan dianjurkan untuk mengkonsumsi daun kelor, perbanyak mengkonsumsi sayuran dan juga perbanyak minum air putih.
Terapi obat yang diberikan tidak ada karena Ny.S telah diberi obat anaknya yang sebagai perawat yaitu captopril 25 mg yang diminum pagi dan sore (2x25mg) dan Furosemid III diminum saat pagi hari.
Selang waktu tiga hari setelah posyandu di selenggarakan Ny.S tiba-tiba merasa pusing kemudian pihak keluarga membawa beliau ke RS Panembahan Senopati untuk cek up. Namun setelah pengkajian yang dilakukan dokter maka Ny.S didiagnosa mengalami gejala stroke dan harus dirawat beberapa saat di RS Panembahan Senopati.


BAB IV
PEMBAHASAN

Lansia merupakan usia lanjut. Umur kronologis manusia digolongkan beberapa masa, yakin masa anak remaja dan dewasa . masa dewasa dapat dibagi atas masa muda (18-30 tahun), dewasa setengah baya (30-60 tahun) , dan masa lanjut usia (lebih 60 tahun) (Bustan, 2000).
Penurunan estrogen meningkatkan RAS (Renin-angiotensin system) dan mempengaruhi angiotensinogen dan metabolisme natrium yang mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah lansia (Maas & Franke 2009).
Pada kasus yang dibahas penulis, asuhan kebidanan pada lansia dengan hipertensi yaitu Ny.S usia 50 tahun pada bulan februari 2018 di posyandu pundong. Ny.S memiliki tekanan darah 180/90 mmHg dan berat badan 53 kg, KIE yang diberikan bidan yaitu untuk pengurangan makan jeroan, gorengan dan pengurangan penggunaan garam dan dianjurkan untuk perbanyak minum air putih, mengkonsumsi sayuran hijau terutama daun kelor. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra, dkk (2016) tentang Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L) di Bali. Hasil penelitian menurut Putra, dkk (2016) menunjukkan adanya kandungan Flavonoid yang memiliki efek hipotensi dengan mekanisme penghambat aktivitas Angiotensin I Coverting Enzyme (ACE). Diketahui ACE memegang peran dalam pembentukan Angiotensin II yang merupakan salah satu penyebab hipertensi. Angiotensin II menyebabkan pembuluh darah menyempit, yang dapat menaikkan tekanan darah. ACE Inhibitor menyebabkan pembuluh darah melebar sehingga darah lebih banyak darah mengalir ke jantung, mengakibatkan penurunan tekanan darah.
Pengurangan garam yang dianjurkan bidan juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Morika, dkk (2016) tentang HUBUNGAN TERAPI FARMAKOLOGI DAN KONSUMSI GARAM DALAM PENCAPAIAN TARGET TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG yang didapatkan hasil penelitian bahwa dari 56 responden hampir separuh cakupan konsumsi garam pada lansia cukup mengikuti yaitu 23 (41,1%) di puskesmas lubuk buaya padang pada tahun 2016 dan menurut teori Sophia, P.et al, (2010) bahwa Organisasi Kesehatan Dunia dan banyak otoritas kesehatan masyarakat telah menyerukan pengurangan asupan natrium diet sebagai strategi kunci untuk mengurangi tekanan darah tinggi dan penyakit kardiovaskuler. 


BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Penulis memperoleh data lansia dengan hipertensi di BPM SUMARNI – PUNDONG. KIE yang diberikan bidan kepada Ny.S saat posyandu yang dilaksanakan setiap minggu legi di pundong yaitu untuk pengurangan garam, jeroan dan gorengan. Dan dianjurkan untuk mengkonsumsi daun kelor, perbanyak mengkonsumsi sayuran dan juga perbanyak minum air putih.
B.     Saran
1.       Bagi lansia
Mengetahui dan memahami makanan yang harus dikonsumsi dan makanan yang harus di kurangi sehingga dapat mencegah stroke
2.       Bagi Bidan Praktik Mandiri
Memepertahankan kegiatan posyandu yang sudah dilakukan secara rutin dan baik sehingga asuhan komperhensif dan holistic kepada lansia dapat tercapai.





DAFTAR PUSTAKA

Sari, dkk. 2014. PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI MELALUI THERAPEUTICAL GARDENING THERAPEUTICAL GARDENING DI UPT PSLU MAGETAN http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-cmsnjcfa1cb64a52full.pdf&ved=2ahUKEwjg8L-Ks9vZAhXLM48KHaa9Cm8QFCegQIBhAB&usg=AOvVaw2BlvgCUWVOGP7EfTLQtbtu diunduh pada tanggal 8 maret 2018
Putra, dkk. Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Daun Kelor
(Moringa oleifera L) di Bali http://ojs.unud.ac.id/index.php/imv/articel/view/27257/17247 diunduh pada tanggal 8 maret 2018
Morinka, dkk, 2016. HUBUNGAN TERAPI FARMAKOLOGI DAN KONSUMSI
GARAM DALAM PENCAPAIAN TARGET TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG http://jurnal.syedzasintika.ac.id/index.php/medika/article/view/58/5&ved=2ahUKEwjWgvPYmunZAhWDOI8KHcxnAGAQFjAGegQIARAB&usg=AOvVaw3cJUsbvP0w9S6c8N2fWoqO  
Pudjiastuti, Sri Surini & Utomo, Budi 2003, Fisioterapi pada Lansia, Jakarta:
EGC.
Nugroho, Wahyudi 2000, Keperawatan Gerontik, Jakarta: EGC.



Akademi Kebidanan Ummi Khasanah Yogyakarta. AKBIDUK Jogja. Pendaftaran PMB Akbid. AKBID Kebidanan. Mau jadi Bidan Profesional dan handal kunjungi : www.akbiduk.ac.idAkbid di Jogja Akbid Ummi Khasanah Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar