MAKALAH
ETIKOLEGAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN
LANSIA
DENGAN HIPERTENSI
DI
BPM SUMARNI – PUNDONG
AKADEMI
KEBIDANAN UMMI KHASANAH
BANTUL,
YOGYAKARTA
2018/2019
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Lansia (lanjut usia) bukan suatu
penyakit, melainkan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan
(Pudjiastuti & Utomo 2003).
Hipertensi
adalah penyakit yang mematikan , tanpa disertai dengan gejala-gejala lebih
dahulu sebagai peringatan bagi korbanya . kalau muncul, gejela tersebut sering
dianggap gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari akan datangnya
penyakit hipertensi (Sustrani, 2006).
Hipertensi
merupakan masalah kesehatan yang serius , karena jika tidak terkendali akan
berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Akibat yang sering timbul
yaitu stroke, penyakit jantung coroner dan gagal ginjal (Gunawan, 2001).
Data
WHO tahun 2000 menunjukan diseluruh dunia, sekitar 972 jt orang atau 26,4 %
penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,1% wanita angka ini
kemungkianan meningkat menjadi 9,2 % ditahun 2025. Dari 972 juta mengidap hipertensi, 333 juta berada di
Negara maju dan 639 sisanya berada di Negara berkembang, termasuk Indonesia
(Andra, 2007).
Stroke
yang menyerang lanjut usia menyebabkan ketergantungan lanjut usia semakin
meningkat. Pada lansia terjadinya proses menua yang mengakibatkan kelemahan,
keterbatasan dan keterlambatan atau ketidakmampuan yang akan dialami bersama
dengan proses kemunduran (Nugroho, 2000).
Akibat
proses menua menyebabkan lansia tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari
sehingga membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas
sehari-harinya, pemenuhan kebutuhan dasarnya dilakukan secara dependen dengan
bantuan karegiver baik perawat maupun keluarga (Sonata, 2012).
B. Rumusan
Masalah
Bagaimana
asuhan pada lansia di BPM SUMARNI – PUNDONG dengan hipertensi?
C. Tujuan
1. Tujuan
umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan
kebidanan pada ibu nifas
2. Tujuan
khusus
a. Mahasiswa
dapat mengetahui pengkajian data subjektif dan objektif pada lansia dengan
hipertensi di BPM SUMARNI – PUNDONG Tahun 2018.
b. Mahasiswa
dapat mengetahui penginterpretasian data untuk menentukan diagnosa pada lansia
dengan hipertensi di BPM SUMARNI – PUNDONG Tahun 2018.
c. Mahasiswa
dapat mengetahui penatalaksanaan dan evaluasi pada lansia dengan hipertensi di
BPM SUMARNI – PUNDONG Tahun 2018.
D. Manfaat
1. Manfaat
Teoritis
a. Bagi
Akbid Ummi Khasanah
Memberikan referensi serta wawasan guna
menambah khasanah ilmu pengetahuan.
2. Manfaat
praktis
a. Bagi
lansia
Dapat memahami tentang pentingnya diet
makanan agar tidak terjadi stroke.
b. Bagi
mahasiswa
Dapat mengetahui
asuhan yang diberikan kepada lansia untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam ruang lingkup kesehatan.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A. Definisi
lansia
Lansia adalah manusia usia lanjut
(Manula). Umur kronologis (kalender) manusia dapat digolongkan dalam beberapa
masa, yakni masa anak, remaja, dan dewasa. Masa dewaa dapat dibagi atas dewasa
muda (18-30 tahun), dewasa setengah baya (30-60 tahun), dan masa lanjut usia
(lebih 60 tahun) (Bustan, 2000).
WHO mengelompokkan usia lanjut atas tiga
kelompok: kelompok middle age (45-59), kelompok ederly age (60-74) dan kelompok
old age (70-90).
B. Karakteristik
Lansia
Beberapa karakteristik lansia untuk
mengetahui masalah kesehatan lansia:
1. Jenis kelamin
Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan
kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan
wanita.
2. Status
perkawinan
Status masih pasangan lengkap atau sudah janda/duda
akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologisnya.
3. Living
arrangement
Contohnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau
bersama istri, anak atau keluarga lainnya.
a. Tanggungan
keluarga, masih menanggung anak atau anggota keluarga
b. Tempat
tinggal, rumah sendiri, tinggal dengan anak. Dewasa ini banyak lansia yang
masih hidup sebagai bagian dari keluarganya, baik lansia sebagai kepala
keluarga atau bagian dari keluarga anaknya. Namun akan cenderung ditinggalkan
oleh keturunannya dalam rumah yang berbeda lansia tersebut.
4. Kondisi
kesehatan
a. Kondisi
umum
Kemampuan umum untuk tidak tergantung
kepada orang lain dalam kegiatan sehari-hari, mandi, buang air kecil dan besar.
b. Frekuensi
sakit
Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan
menjadi tidak produktiv lagi bahkan mual tergantung kepada orang lain. Bahkan
ada karena penyakit kronikny sudah memerlukan perawatan khusus.
5. Keadaan
ekonomi
a. Sumber
pendapatan resmi
Pensiunan
ditambah sumber pendapatan lain jika masih bisa aktif. Penduduk lansia di daerah
pertanian menunjukkan proporsi yang lebih besar dibandingan dengan daerah yang
non pertanian. Lapangan kerja sector pertanian cukup banyak menyerap tenaga
kerja lansia, disamping sector perdagangan dan jasa.
b. Sumber
pendapatan keluarga
Ada tidaknya bantuan keuangan dari
anak/keluarga, atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung
dengannya.
c. Kemampuan
pendapatan
Lansia membutuhkan biaya yang lebih
tinggi, sementara pendapatan semakin menurun sampai seberapa besar pendapatan
lansia dapat memenuhi kebutuhannya.
C. Perubahan
Pada Proses Menua
1. Perubahan
fisik-biologis/jasmani:
a. Kekuatan
fisik berkurang, merasa cepat lelah dan stamina menurun.
b. Sikap
badan mulai membongkok, otot-otot mengecil, hipotrofis, terutama di bagian dada
dan lengan.
c. Kulit
mengerut dan keriput. Adanya garis-garis pada wajah di kening dan sudut mata.
d. Rambut
memutih dan pertumbuhan berkurang.
e. Gigi
mulai rontok.
f. Perubahan
pada mata: pandangan dekat berkurang, adaptasi gelap melambat, lingkaran putih
pada kornea, dan lensa keruh.
g. Pendengaran,
daya cium dan perasa mulut berkurang.
h. Pengapuran
tulang.
2. Perubahan
mental-emosional/jiwa:
a. Daya
ingat menurun
b. Sering
pelupa
c. Emosi
mudah berubah, sering marah-marah dan mudah tersinggung.
D. Penyakit
Atau Gangguan Yang Menonjol Pada Lansia
Penyakit
lansia dapat meliputi:
1. Gangguan pembuluh darah: dari hipertensi
sampai stroke
Penurunan estrogen meningkatkan RAS (Renin-angiotensin
system) dan mempengaruhi angiotensinogen dan metabolisme natrium yang
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah
lansia (Maas & Franke 2009).
a. Macam hipertensi
Hipertensi dianggap sebagai factor risiko utama pada
stroke. Baik sistolik maupun diastolic terbukti berpengaruh pada stroke, tetapi
menurut data Framingham tidak terdapat level yang menentukan yang jelas.
Dikemukakan bahwa penderita dengan siastolik diatas 95 mmHg mempunyai risiko
dua kali lebih besar untuk terjadinya infark otak dibandingkan dengan tekanan
diastolic kurang dari 80 mmHg, sedangkan kenaikan sistolik lebih dari 180 mmHg
mempunyai risiko tiga kali terserang stroke iskemik dibandingkan dengan mereka
yang bertekanan darah kurang dari 140 mmHg, akan tetapi pada penderita usia
lebih dari 65 tahun risiko stroke hanya 1,5 kali daripada normotensi.
(1) Hipertensi
Menahun
Dalam hipertensi ini terjadi dua
perubahan pada pembuluh darah arterial otak.
(a) Bertambah
hebatnya ateroklerosis an timbulnya stroke trombotik.
(b) Hipertensi
mempercepat permulaan dan menambah hebatnya aterosklerosis.
Hipertensi menahun adalah penyebab
terbentuknya aneurisma. Perdarahan intraserebral primer (non traumatic) sering
disebabkan oleh pembuluh dara yang pecah paa micro neurisma charcot bouchard
yang mengenai pembuluh darah penetrasi kecil dengan penampang anatara 100-300
mikron.
(2) Hipertensi
akut
Tekanan darah yang naik mendadak dan
sangat tinggi dapat menyebabkan fenomena sosis atau tasbih akibat dilatasi
paksa. Tekanan darah yang mendadak tinggi menerobos respon vasokonstriksi dan
yang menyebabkan rusaknya sawar darah otak dengan kebocoran fokal dari cairan melalui
dinding dari arteri yang telah terentang berlebih serta pembentukan edema otak
(edema hidrostatik).
Pada keadaan ini autoregulasi tidak
bekerja lagi dan Aliran Darah Otak (ADO) mengikuti secara pasif tekanan perfusi
dan timbul ensfalopati hiperteensif. Lesi arteri yang khas adalah nekrosis dari
lapisan media otot dengan penimbunan butir darah merah dan ini dinamakan
nekrosis hilalin atau fibrinoid.
b. Uapaya
pencegahan stroke
Dari banyaknya risisko stroke,
hipertensi dianggap yang paling berperan. Intervensi terhadap hipertensi
dibuktikan mampu mempengaruhi penurunan stroke dalam komuniti. Namun demikian
upaya pncegahan stroke tidak semata ditujukan kepada hipertensi stroke. Ada
pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk upaya pencegahan dengan empat factor
utama yang mempengaruhi penyakit (gaya hidup, lingkungan, biologis, dan
pelayanan kesehatan).
(1) Pencegahan
primer
(a) Gaya
hidup: reduksi stress, makan rendah garam, lemak dan kalori.
(b) Lingkungan:
kesadaran atas sters kerja, kemungkinan gangguan PB (lead).
(c) Biologi:
perhatian terhadap factor risiko biologis (jenis kelamin, riwayat keluarga)
(d) Pelayanan
kesehatan: health education dan
pemeriksaan tensi.
(2) Pencegahan
sekunder
(a) Gaya
hidup: menegement stres, makan rendah
garam, penyesuaian gaya hidup.
(b) Lingkungan:
family counseling, penggantian kerja jika diperlukan.
(c) Biologi:
pengobatan yang patuh dan cegah efek samping.
(d) Pelayanan
kesehatan: pendidikan pasien dan evaluasi penyebab seekunder.
(3) Pencegahan
tersier
(a) Gaya
hidup: reduksi stress, exercise
sedang.
(b) Lingkungan:
jaga keamanan dan keselamatan (rumah lantai pertama, pakai wheel-chair) dan family support.
(c) Biologi:
kepatuhan berobat, terapi fisik dan speack
therapy.
(d) Pelayanan
kesehatan: emergency medical technic,
asuransi.
2. Gangguan
metabolik: DM
3. Gangguan
persendian: artritis, encok dan terjatuh
4. Gangguan
sosial: kurang penyesuaian diri dan merasa tidak punya fungsi lagi.
E. Penanganan
Masalah Lansia
Kebijaksanaan penanganan masalah
kesehatan lansia pada dasarnya ditujukan pada upaya menunda ketuaan biologis
walaupun seseorang secara kronologis sudah termasuk tua. Untuk itu perlu
upaya-upaya yang menyangkut peningkatan gizi keluarga, pencegahan penyakit
degenerative dan penyediaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan masalah
kesehatan lansia.
Masalah lansia bukanlah masalah
kesehatan semata, bahkan lebih merupakan masalah sosial ekonomi. Karena itu,
perlu pendekatan multidisiplin mengingat berbagai isu yang berhubungan dengan
lansia, seperti:
1. Perlunya
menyiapkan sarana pelayanan bagi lansia.
2. Perlu
adanya lembaga yang dapat mengayomi para lansia untuk dapat bekerja.
3. Diperlukan
adanya jaminan penunjang biaya kesehatan untuk lansia.
4. Pemikiran
untuk kondisi sosial kekeluargaan yang mendukung kehidupan lansia seperti
extended family daripada pengadaan nursing home atau rumah jompo.
Salah satu pendekatan utama yang penting
adalah pendekatan keluarga. Dianjurkan beberapa hal dalam menghadapi lansia:
1. Menghormati
dan menghargai orang tua.
2. Bersikap
sabar dan bijaksana terhadap perilaku usia lanjut.
3. Memberikan
kasih sayang, menyediakan waktu dan perhatian.
4. Jangan
menganggapnya sebagai beban.
5. Memberikan
kesempatan untuk tinggal bersama.
6. Minta
nasihat pada mereka dalam peristiwa-peristiwa penting.
7. Mengajaknya
dalam acara-acara penting.
8. Dengan
memberi perhatian yang baik terhadap orang tua, maka kelak anak-anak kita akan
bersikap sama dengan kita.
9. Membantu
mencukupi kebutuhannya.
10. Memeriksa
kesehatan secara teratur.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada
posyandu yang dilakukan setiap minggu legi di dusun pundong terdapat seorang
lansia yang bernama Ny.S yang berumur 50 tahun dan suaminya bernama Tn.S yang
berumur 55 tahun. Alamatnya yaitu di Sayegan RT 1 Pundong, Bantul.
Posyandu
yang di selenggarakan pada bulan januari 2018 di dusun Pundong mengkaji data
subjektif dan objektif. Data objektif yang diperoleh yaitu Ny.S memiliki
tekanan darah 110/90 mmHg dan berat badan 53 kg. Satu bulan kemudian pada bulan
Februari tekanan darah Ny.S 180/90 mmHg, Ny.S mengatakan bahwa dalam keluarga
memiliki riwayat penyakit hipertensi.
Pada
saat Ny.S tekanan darahnya 180/90 diberi KIE untuk pengurangan garam, jeroan
dan gorengan. Dan dianjurkan untuk mengkonsumsi daun kelor, perbanyak
mengkonsumsi sayuran dan juga perbanyak minum air putih.
Terapi
obat yang diberikan tidak ada karena Ny.S telah diberi obat anaknya yang
sebagai perawat yaitu captopril 25 mg yang diminum pagi dan sore (2x25mg) dan
Furosemid III diminum saat pagi hari.
Selang
waktu tiga hari setelah posyandu di selenggarakan Ny.S tiba-tiba merasa pusing
kemudian pihak keluarga membawa beliau ke RS Panembahan Senopati untuk cek up.
Namun setelah pengkajian yang dilakukan dokter maka Ny.S didiagnosa mengalami
gejala stroke dan harus dirawat beberapa saat di RS Panembahan Senopati.
BAB
IV
PEMBAHASAN
Lansia
merupakan usia lanjut. Umur kronologis manusia digolongkan beberapa masa, yakin
masa anak remaja dan dewasa . masa dewasa dapat dibagi atas masa muda (18-30
tahun), dewasa setengah baya (30-60 tahun) , dan masa lanjut usia (lebih 60
tahun) (Bustan, 2000).
Penurunan
estrogen meningkatkan RAS (Renin-angiotensin system) dan mempengaruhi
angiotensinogen dan metabolisme natrium yang mengakibatkan vasokonstriksi
pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah lansia (Maas & Franke 2009).
Pada
kasus yang dibahas penulis, asuhan kebidanan pada lansia dengan hipertensi
yaitu Ny.S usia 50 tahun pada bulan februari 2018 di posyandu pundong. Ny.S
memiliki tekanan darah 180/90 mmHg dan berat badan 53 kg, KIE yang diberikan
bidan yaitu untuk pengurangan makan jeroan, gorengan dan pengurangan penggunaan
garam dan dianjurkan untuk perbanyak minum air putih, mengkonsumsi sayuran
hijau terutama daun kelor. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Putra, dkk (2016) tentang Identifikasi
Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera L) di Bali. Hasil penelitian menurut Putra, dkk
(2016) menunjukkan adanya kandungan Flavonoid yang memiliki efek hipotensi
dengan mekanisme penghambat aktivitas Angiotensin I Coverting Enzyme (ACE).
Diketahui ACE memegang peran dalam pembentukan Angiotensin II yang merupakan
salah satu penyebab hipertensi. Angiotensin II menyebabkan pembuluh darah
menyempit, yang dapat menaikkan tekanan darah. ACE Inhibitor menyebabkan
pembuluh darah melebar sehingga darah lebih banyak darah mengalir ke jantung,
mengakibatkan penurunan tekanan darah.
Pengurangan
garam yang dianjurkan bidan juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Morika,
dkk (2016) tentang HUBUNGAN TERAPI
FARMAKOLOGI DAN KONSUMSI GARAM DALAM PENCAPAIAN TARGET
TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG
yang didapatkan hasil penelitian bahwa dari 56 responden hampir separuh cakupan
konsumsi garam pada lansia cukup mengikuti yaitu 23 (41,1%) di puskesmas lubuk
buaya padang pada tahun 2016 dan menurut teori Sophia, P.et al, (2010) bahwa
Organisasi Kesehatan Dunia dan banyak otoritas kesehatan masyarakat telah
menyerukan pengurangan asupan natrium diet sebagai strategi kunci untuk
mengurangi tekanan darah tinggi dan penyakit kardiovaskuler.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis memperoleh data lansia dengan
hipertensi di BPM SUMARNI – PUNDONG. KIE yang diberikan bidan kepada Ny.S saat
posyandu yang dilaksanakan setiap minggu legi di pundong yaitu untuk
pengurangan garam, jeroan dan gorengan. Dan dianjurkan untuk mengkonsumsi daun
kelor, perbanyak mengkonsumsi sayuran dan juga perbanyak minum air putih.
B. Saran
1. Bagi lansia
Mengetahui dan memahami makanan yang harus
dikonsumsi dan makanan yang harus di kurangi sehingga dapat mencegah stroke
2. Bagi Bidan Praktik Mandiri
Memepertahankan kegiatan posyandu yang sudah
dilakukan secara rutin dan baik sehingga asuhan komperhensif dan holistic
kepada lansia dapat tercapai.
DAFTAR
PUSTAKA
Sari, dkk. 2014. PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI MELALUI THERAPEUTICAL GARDENING THERAPEUTICAL GARDENING DI UPT PSLU MAGETAN http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-cmsnjcfa1cb64a52full.pdf&ved=2ahUKEwjg8L-Ks9vZAhXLM48KHaa9Cm8QFCegQIBhAB&usg=AOvVaw2BlvgCUWVOGP7EfTLQtbtu diunduh pada tanggal 8 maret 2018
Putra,
dkk. Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak
Etanol Daun Kelor
(Moringa oleifera L) di Bali http://ojs.unud.ac.id/index.php/imv/articel/view/27257/17247
diunduh pada tanggal 8 maret 2018
Morinka, dkk, 2016. HUBUNGAN TERAPI FARMAKOLOGI DAN KONSUMSI
GARAM DALAM PENCAPAIAN TARGET
TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG http://jurnal.syedzasintika.ac.id/index.php/medika/article/view/58/5&ved=2ahUKEwjWgvPYmunZAhWDOI8KHcxnAGAQFjAGegQIARAB&usg=AOvVaw3cJUsbvP0w9S6c8N2fWoqO
Pudjiastuti, Sri Surini
& Utomo, Budi 2003, Fisioterapi pada Lansia, Jakarta:
EGC.
Nugroho,
Wahyudi 2000, Keperawatan Gerontik, Jakarta: EGC.
Akademi Kebidanan Ummi Khasanah Yogyakarta. AKBIDUK Jogja. Pendaftaran PMB Akbid. AKBID Kebidanan. Mau jadi Bidan Profesional dan handal kunjungi : www.akbiduk.ac.idAkbid di Jogja Akbid Ummi Khasanah Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar